Tribun Tren – Di usianya yang menginjak 40 tahun, Luka Modric menunjukkan bahwa semangat, disiplin, dan kecintaan pada sepak bola bisa mengalahkan waktu. Gelandang veteran asal Kroasia ini tetap tampil penuh dedikasi bersama AC Milan, seolah usianya tidak menjadi penghalang.
Momen paling emosional terjadi pada menit ke-97 saat Milan menghadapi Napoli dalam lanjutan Serie A Italia. Modric melakukan pressing tinggi, berhasil merebut bola, dan mencegah bahaya di area pertahanan. Setelah peluit panjang berbunyi, ia berlutut di atas rumput San Siro, mengekspresikan kegembiraan tulus yang menyentuh hati banyak penggemar. Video momen itu bahkan diunggah ke akun resmi TikTok Milan, dan dalam waktu 24 jam sudah ditonton lebih dari 11 juta kali. Hal ini memperlihatkan betapa besarnya dampak Modric, meski laga itu hanyalah pertandingan liga reguler.
Statistik Luka Modric yang Mengagumkan
Meski usianya tak lagi muda, statistik Modric di Serie A musim ini luar biasa. Dalam lima laga awal, ia memimpin daftar operan sukses (300), operan sukses di area lawan (169), intersepsi (10), pengambilan bola (31), serta operan terobosan (46). Total menit bermainnya sudah mencapai 425 menit, menandai konsistensinya di semua laga.
Hal ini lebih banyak dibanding rata-rata menit bermainnya per musim terakhir di Real Madrid. Kemampuan Modric menjaga stamina dan ritme permainan membuktikan bahwa dirinya masih berada di level tertinggi.

Disiplin Tinggi dan Fisik Prima Luka Modric
Rahasia ketangguhan Modric terletak pada kedisiplinannya. Ia dikenal sangat telaten menjaga kondisi tubuh melalui pijat rutin, fisioterapi, latihan khusus, serta pola makan sehat. Di pusat latihan Milanello, ia sering kali menjadi orang pertama yang datang dan terakhir meninggalkan lapangan latihan.
Ketekunannya menghasilkan daya jelajah luar biasa. Dalam satu laga, Modric mampu menempuh jarak lebih dari 11 km, bahkan mengungguli banyak pemain muda, termasuk saat duel melawan Kevin De Bruyne. Dengan kombinasi fisik dan pengalaman, ia mampu tetap menjadi motor permainan Rossoneri.
Figur Sentral di Ruang Ganti
Tak hanya di lapangan, Modric juga menjadi sosok yang disegani di ruang ganti. Ia dihormati oleh rekan setim maupun staf pelatih, sekaligus menjadi teladan bagi pemain muda Milan. Kehadiran anak-anaknya, Ivano dan Ema, yang bermain di akademi Rossoneri, juga membuatnya semakin dekat dengan klub.
Menariknya, Modric memilih tinggal di pusat kota Milano dan kini tengah belajar bahasa Italia agar lebih mudah beradaptasi dengan lingkungan barunya. Langkah ini memperlihatkan komitmen besar seorang legenda untuk benar-benar menyatu dengan tim.
Konsistensi Rating dan Penampilan
Sejak mengenakan seragam Milan pada musim panas 2025, Modric langsung tampil konsisten. Data mencatat ia mendapat rating 6.9 saat melawan Bari di Coppa Italia, lalu meningkat menjadi 7.6 ketika menghadapi Cremonese di Serie A. Puncaknya, saat melawan Bologna, Modric meraih rating fantastis 8.7. Setelah itu, performanya stabil dengan rating 7.7 dalam laga melawan Udinese dan Napoli. Catatan ini menunjukkan betapa cepatnya ia beradaptasi dengan ritme sepak bola Italia, yang terkenal taktis dan menuntut konsentrasi penuh.

Allegri Jelaskan Rahasia Luka Modric
Pelatih AC Milan, Massimiliano Allegri, mengungkap rahasia di balik performa apik Modric. Menurutnya, kecerdasan sang gelandang menjadi faktor utama.
“Luka adalah pemain yang sangat cerdas. Di liga Italia, ia memberi kualitas lebih di depan pertahanan dan tahu bagaimana mengelola dirinya sendiri. Ia juga sangat pintar dalam menutup ruang,” ujar Allegri.
Modric disebut memiliki kemampuan membaca permainan yang luar biasa. Ia tidak hanya menjadi pengatur serangan, tetapi juga pemutus serangan lawan, menjadikannya pemain yang komplet di lini tengah.
Perbandingan dengan Massimo Ambrosini
Allegri bahkan membandingkan Modric dengan Massimo Ambrosini, gelandang legendaris Milan era 2000-an. Menurutnya, Ambrosini adalah pemain yang tangguh ketika ditempatkan di depan pertahanan, tetapi Modric menawarkan sesuatu yang lebih.

“Ambrosini juga bagus ketika saya menempatkannya di depan pertahanan. Bedanya, Modric memiliki kualitas ekstra yang membuat permainan lebih variatif,” kata Allegri.
Perbandingan ini menegaskan betapa pentingnya peran Modric di skuad Milan. Jika Ambrosini dulu dikenal sebagai pekerja keras, Modric hadir sebagai kombinasi dari kecerdasan, pengalaman, dan teknik kelas dunia.
Usia Bukan Halangan
Dengan semua pencapaian itu, Modric menjadi bukti nyata bahwa usia hanyalah angka. Di usia 40 tahun, ia tetap berlari tanpa henti, berduel tanpa gentar, dan menginspirasi generasi berikutnya. Kisahnya bersama AC Milan memperlihatkan bahwa disiplin, kerja keras, dan cinta pada permainan bisa menjaga kualitas seorang pemain meski waktu terus berjalan. Bagi Milan, Modric bukan sekadar pemain, tetapi simbol dedikasi dan bukti bahwa legenda sejati tak pernah pudar.