Saham GZCO ARA Akibat Rumor Akuisisi Happy HapsoroGozco Plantations Tbk (GZCO)

Tribun Tren – Saham PT Gozco Plantations Tbk (GZCO) menarik perhatian pasar modal setelah melonjak tajam pada perdagangan Senin, 13 Oktober 2025. Kenaikan tersebut bahkan mencapai batas Auto Rejection Atas (ARA). Lonjakan harga ini terjadi di tengah maraknya rumor bahwa pengusaha nasional Happy Hapsoro akan masuk sebagai pemegang saham strategis melalui entitas yang terafiliasi dengannya.

Saham GZCO Melonjak: Sentimen Pasar Positif

Pada penutupan perdagangan, harga saham GZCO meroket 25% ke level Rp270 per saham. Ini bukan hanya kenaikan satu hari, tapi merupakan akumulasi dari tren positif selama sepekan terakhir, dengan total penguatan 31,07%. Sejak awal tahun, saham GZCO telah naik lebih dari 134%, menjadikannya salah satu top gainer sektor perkebunan.

Saham GZCO ARA Akibat Rumor Akuisisi Happy Hapsoro
Ilustrasi Harga Saham Meroket (ARA)

Kenaikan ini dipicu oleh isu bahwa PT Energi Melayani Negeri (EMN), perusahaan yang dikabarkan terafiliasi dengan Happy Hapsoro, sedang dalam proses untuk mengakuisisi hampir setengah dari saham GZCO. Jika terealisasi, langkah ini akan menjadi akuisisi strategis yang bisa mengubah wajah bisnis GZCO secara fundamental.

Siapa EMN dan Apa Kaitannya dengan GZCO?

PT Energi Melayani Negeri (EMN) adalah perusahaan energi bersih terintegrasi yang memiliki visi mendukung transformasi energi nasional. EMN dikendalikan oleh PT Basis Utama Prima (Basis Investment), yang juga berada di bawah kendali Happy Hapsoro.

Berdasarkan informasi yang beredar, EMN tengah menyiapkan langkah korporasi besar dengan mengakuisisi saham GZCO sebagai bagian dari strategi memperluas rantai pasok bahan baku biodiesel nasional. Dalam konteks ini, GZCO, sebagai produsen Crude Palm Oil (CPO), dinilai memiliki posisi strategis, terutama dalam mendukung program pemerintah: Mandatori Biodiesel B50.

Saham GZCO ARA Akibat Rumor Akuisisi Happy Hapsoro
Pengusaha Happy Hapsoro

Mandatori Biodiesel B50: Kebijakan Energi Nasional

Pemerintah Indonesia menargetkan untuk menghentikan impor solar pada tahun 2026 melalui penerapan program biodiesel B50. Program ini mewajibkan pencampuran 50% solar dengan 50% biodiesel berbasis kelapa sawit (Fatty Acid Methyl Ester/FAME).

Kebijakan ini memiliki dampak ekonomi yang besar. Diperkirakan, dengan penggantian sekitar 4,9 juta kiloliter solar impor, negara bisa menghemat devisa hingga USD10,84 miliar per tahun. Selain itu, B50 diyakini akan memperkuat ketahanan energi nasional, serta meningkatkan kesejahteraan petani sawit melalui peningkatan permintaan CPO domestik.

Namun, untuk mendukung kebijakan ini, diperlukan kapasitas produksi FAME yang mencukupi dan stabilitas pasokan bahan baku CPO. Inilah celah yang coba dimanfaatkan EMN dengan masuk ke sektor hulu perkebunan sawit melalui GZCO.

Potensi Backdoor Listing dan Transformasi Bisnis

Selain potensi akuisisi, isu lain yang beredar adalah kemungkinan EMN menggunakan GZCO sebagai kendaraan untuk melakukan backdoor listing. Mengingat EMN belum tercatat di bursa, masuknya mereka melalui perusahaan publik seperti GZCO adalah jalur strategis untuk memperoleh akses pasar modal tanpa melalui proses IPO konvensional.

Jika hal ini terjadi, maka GZCO tidak hanya akan berubah dalam struktur kepemilikannya, tetapi juga dalam model bisnisnya. Dari semula hanya sebagai produsen CPO, GZCO bisa menjadi bagian penting dari rantai pasok energi baru terbarukan (EBT), terutama biodiesel.

Analisis dan Pandangan Pasar

Menurut sejumlah analis pasar modal, langkah EMN sangat berkaitan erat dengan arah kebijakan pemerintah di sektor energi. Indonesia sebagai salah satu produsen sawit terbesar di dunia memiliki potensi besar untuk mandiri secara energi berbasis CPO.

Saham GZCO ARA Akibat Rumor Akuisisi Happy Hapsoro
Ilustrasi Kebun Kelapa Sawit

Pengamat pasar modal, Indrawijaya Rangkuti, menilai bahwa akuisisi ini adalah bentuk antisipasi terhadap lonjakan permintaan CPO di dalam negeri. “Kebutuhan akan FAME akan meningkat drastis. Maka, menguasai produsen CPO seperti GZCO adalah langkah strategis untuk memastikan rantai pasok tetap aman,” ujarnya.

Ia juga menyebutkan bahwa jika target B50 tercapai, maka CPO bukan lagi hanya komoditas ekspor, melainkan menjadi sumber energi vital dalam negeri. Hal ini bisa membuka peluang pertumbuhan yang sangat besar bagi emiten-emiten di sektor perkebunan kelapa sawit.

Tantangan Implementasi dan Risiko

Meskipun prospek B50 terlihat menjanjikan, tantangan tetap ada. Di antaranya adalah kestabilan pasokan CPO, kesiapan infrastruktur produksi FAME, dan kompatibilitas mesin kendaraan terhadap campuran biodiesel yang lebih tinggi.

Program uji jalan (road test) untuk B50 di berbagai sektor, seperti transportasi darat, alat berat, dan perkapalan masih berlangsung. Keberhasilan uji coba ini akan sangat menentukan apakah kebijakan B50 bisa dijalankan secara penuh pada 2026.

Momentum Baru GZCO?

Secara keseluruhan, rumor masuknya Happy Hapsoro dan EMN ke GZCO telah memicu optimisme pasar yang cukup besar. Jika akuisisi benar-benar terjadi dan diiringi dengan transformasi bisnis menuju rantai pasok energi berbasis CPO, maka GZCO berpotensi keluar dari bayang-bayang sebagai emiten kebun konvensional.

Bagi investor, saham GZCO kini tidak hanya menawarkan potensi capital gain jangka pendek akibat sentimen, tetapi juga peluang jangka panjang jika transformasi bisnisnya berhasil. Namun tentu, keputusan investasi tetap harus memperhatikan aspek fundamental dan risiko yang ada di balik euforia pasar.

Baca Juga: “Saham ADRO Diburu Ritel? Harga Masih Undervalued”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: You can't continue this action because it is blocked by Cloudflare