Tribun Tren – Di tengah polemik rencana pemerintah memberikan gelar Pahlawan Nasional Presiden ke-2 RI, Soeharto, Partai NasDem menyatakan dukungannya. Dukungan ini disampaikan oleh sejumlah tokoh partai, termasuk Ketua Fraksi NasDem DPR RI, Viktor Laiskodat, dan Ketua DPP NasDem, Irma Suryani Chaniago.
Viktor Laiskodat menekankan pentingnya menilai peran Soeharto secara objektif, khususnya kontribusinya dalam membangun fondasi ekonomi dan menjaga stabilitas nasional. Menurut Viktor, bangsa yang besar harus mampu menghargai jasa para tokohnya, meski setiap pemimpin memiliki kelebihan dan kekurangan.

“Kita perlu menilai secara objektif peran Presiden Soeharto dalam membangun fondasi ekonomi dan menjaga stabilitas nasional. Setiap masa memiliki tantangan dan keputusan besar yang diambil demi keberlangsungan negara,” ujar Viktor di Jakarta, Kamis (30/10/2025).
Kontribusi Soeharto dalam Pembangunan Nasional
NasDem menekankan bahwa selama 30 tahun memimpin Indonesia, Soeharto berhasil membawa sejumlah kemajuan signifikan di berbagai bidang. Di antaranya sektor ekonomi, pembangunan infrastruktur, dan pendidikan. Dukungan terhadap pemberian gelar ini juga dimaksudkan sebagai bentuk penghormatan atas jasa-jasanya yang membawa negara menuju stabilitas.
Irma Suryani Chaniago menegaskan, “Selama memimpin Indonesia selama 30 tahun, banyak kebaikan yang sudah diberikan Soeharto kepada bangsa ini, dan itu tidak boleh dikesampingkan. Tidak ada pemimpin negara yang paripurna, pasti ada kebaikan dan juga kesalahan. Kita harus menghargai presiden-presiden kita karena bagaimanapun mereka sudah memberikan yang terbaik bagi bangsa ini.”
Ia menambahkan bahwa penghargaan terhadap mantan presiden, termasuk Soeharto, seharusnya tidak menjadi polemik. Perbedaan pendapat mengenai gelar pahlawan adalah hal yang wajar, tetapi melihat warisan positif setiap pemimpin adalah cara bijak untuk menghormati sejarah bangsa.
“Mulai dari Soekarno yang mendeklarasikan kemerdekaan, Soeharto yang membangun selama 30 tahun, hingga Jokowi yang meninggalkan kemajuan luar biasa di bidang infrastruktur, semua punya jasa. Kita hormati mereka sebagai pemimpin bangsa,” ujar Irma.

Pertimbangan Historis dan Moral
Viktor Laiskodat menekankan bahwa penetapan gelar pahlawan harus melalui pertimbangan menyeluruh, bukan hanya dari sisi politik, tetapi juga dari aspek moral, historis, dan kontribusi nyata terhadap bangsa. Ia berharap proses ini menjadi momentum untuk memperkuat rekonsiliasi sejarah sekaligus menumbuhkan semangat kebangsaan yang inklusif.
“Kita perlu memandang masa lalu sebagai cermin. Dari sana, kita bisa melangkah dengan lebih dewasa dalam membangun masa depan,” kata Viktor.
Proses Usulan Gelar Pahlawan
Sebelumnya, Menteri Sosial (Mensos) Saifullah Yusuf menyerahkan berkas 40 nama yang diusulkan untuk mendapat gelar pahlawan nasional ke Menteri Kebudayaan sekaligus Ketua Dewan Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan, Fadli Zon, di Jakarta Pusat pada 21 Oktober 2025.
Beberapa nama yang diusulkan dan dinilai memenuhi syarat antara lain Presiden ke-2 RI Soeharto, Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid, serta Marsinah, tokoh buruh dan aktivis perempuan asal Nganjuk, Jawa Timur. Gus Ipul, sapaan akrab Mensos, menekankan bahwa proses pengusulan ini telah melalui pembahasan bertahun-tahun untuk memastikan kandidat yang diajukan memiliki kontribusi signifikan bagi bangsa.
“Usulan ini berupa nama-nama yang telah dibahas selama beberapa tahun terakhir ini. Jadi ada yang mungkin sudah memenuhi syarat sejak 5, 6, atau 7 tahun lalu. Dan beberapa memang kita putuskan tahun ini, termasuk Presiden Soeharto, Presiden Abdurrahman Wahid, dan Marsinah,” jelasnya.

Soeharto Sebagai Cermin Sejarah Bangsa
Dukungan NasDem ini sekaligus mengingatkan masyarakat untuk menilai sejarah secara seimbang. Penghargaan terhadap Soeharto tidak menutup mata terhadap kontroversi di masa lalu. Namun, menjadi pengingat akan jasa dan peran pentingnya dalam menjaga kestabilan nasional serta pembangunan bangsa.
Dengan pertimbangan objektif, historis, dan moral, langkah pemerintah memberikan gelar pahlawan kepada Soeharto diharapkan mampu memperkuat nilai kebangsaan dan rekonsiliasi sejarah, sekaligus menginspirasi generasi mendatang dalam menghargai jasa para pemimpin bangsa.

