Tribun Tren – Saham PIPA menjadi sorotan pasar modal setelah Morris Capital Indonesia (MCI) menandatangani Perjanjian Jual Beli Bersyarat (PJBB). Kesepakatan ini dilakukan bersama para pemegang saham pengendali PT Multi Makmur Lemindo Tbk pada 6 Oktober 2025. Dalam perjanjian tersebut, Junaedi, Nanang Saputra, dan Hendrik Saputra sepakat menjual 43,80% saham PIPA kepada MCI. Sebelumnya MCI sudah memiliki 5,1%, sehingga setelah transaksi total kepemilikan MCI akan menjadi 48,90%, menjadikannya pengendali baru yang dominan.
Manajemen PIPA menyebut akan menyampaikan detail transaksi melalui Keterbukaan Informasi BEI, dan bahwa MCI bersama pemegang saham lama bersepakat menyelesaikan rencana akuisisi selambat-lambatnya pada 10 Oktober 2025. Mereka juga menegaskan bahwa proses pengambilalihan akan mematuhi seluruh aturan pasar modal, termasuk pelaksanaan tender wajib (mandatory tender offer) sesuai POJK No. 9/2018, setelah MCI resmi menjadi pengendali baru.

Profil PIPA dan Morris Capital Indonesia
PIPA adalah emiten produsen pipa dan fitting PVC yang melayani kebutuhan infrastruktur, perumahan, dan sektor industri. Produknya meliputi pipa PVC, sambungan (fitting) PVC, hingga produk plastik pelengkap instalasi pipa. Sebagai perusahaan yang memiliki keahlian manufaktur plastik, PIPA menghadapi tantangan biaya bahan baku, regulasi, dan kompetisi pasar.
Morris Capital Indonesia dikenal sebagai perusahaan investasi dan konsultan keuangan dengan fokus pada akuisisi dan pengembangan bisnis manufaktur serta perdagangan. Rencana investasi mereka ke PIPA senilai Rp 3 triliun menunjukkan bahwa mereka berniat melakukan transformasi besar, tidak hanya kontrol saham, tapi pengembangan bisnis ke arah baru.
Dalam laporan media, disebut bahwa proses due diligence (uji tuntas) sudah mendekati 95 persen. Selain itu, MCI menargetkan untuk memfinalisasi akuisisi serta langkah strategis dalam waktu dekat. Ditambahkan bahwa MCI tak sekadar membeli saham. Namun, juga menyiapkan rencana diversifikasi produk dan ekspansi ke sektor utilitas, minyak dan gas, hingga teknologi pipa baru seperti HDPE.
Kinerja PIPA Sebelum dan Sesudah Pengumuman
Sebelum akuisisi, kinerja PIPA cenderung menantang. Dari 2021 hingga 2023, laba bersih perusahaan mengalami penurunan drastis, dari puluhan miliar menjadi beberapa ratus juta. Liabilitasnya juga fluktuatif dalam periode tersebut.
Namun, kabar terbaru menunjukkan bahwa pada semester I/2025, PIPA membukukan laba bersih Rp 401,25 juta, berbalik dari kerugian yang tercatat di periode yang sama tahun sebelumnya. Penjualan neto juga meningkat menjadi Rp 11,38 miliar (dari Rp 10,87 miliar). Hal ini menjadi sinyal bahwa transformasi korporasi mungkin sudah mulai memberikan dampak positif.
Selain itu, PIPA telah menjalin kemitraan strategis dalam rangka diversifikasi produk, dan sinergi antara manajemen lama dan MCI juga mulai terlihat sebagai peluang pertumbuhan.

Potensi dan Risiko Saham PIPA Bagi Investor
Potensi Positif
1. Kepemilikan mayoritas dan kontrol bisnis
Sebagai pengendali baru, MCI akan memiliki kendali strategis atas arah bisnis, pengambilan keputusan, dan investasi internal.
2. Modal besar dan injeksi aset Rp 3 triliun
Suntikan dana besar memungkinkan pembenahan fasilitas produksi, ekspansi pasar, dan R&D produk baru.
3. Fokus diversifikasi dan ekspansi sektor baru
PIPA di bawah MCI akan memasuki lini bisnis utilitas, migas, dan pipa HDPE, memberikan peluang pendapatan tambahan.
4. Perbaikan kinerja awal
Laba positif di tengah proses akuisisi menunjukkan bahwa perubahan sudah memberi efek, setidaknya sebagai sinyal ke pasar.
Risiko yang Harus Diwaspadai
1. Integrasi dan manajemen gabungan
Penggabungan manajemen lama dan gaya investasi baru bisa memunculkan konflik internal, perbedaan visi, atau kultur korporasi.
2. Regulasi dan proses tender wajib
Mandatory tender bisa menjadi beban dan penentuan harga yang adil bagi pemegang saham publik bisa memicu kontroversi.
3. Tekanan biaya dan volatilitas bahan baku
Industri PVC sangat sensitif terhadap harga bahan baku seperti polimer, fluktuasi harga bisa menekan margin.
4. Arus kas dan leverage
Ekspansi cepat dan investasi besar harus diimbangi dengan arus kas sehat agar tidak membebani utang atau likuiditas perusahaan.
5. Ekspektasi pasar dan valuasi tinggi
Investor akan menuntut pertumbuhan yang cepat. Jika realisasi tidak sesuai ekspektasi, kemungkinan koreksi harga sangat mungkin terjadi.

Apakah Saat Ini Waktu Tepat untuk Membeli Saham PIPA?
Melihat keseluruhan elemen: kontrol baru, suntikan modal besar, transformasi bisnis, dan sinyal kinerja positif, saham PIPA memiliki potensi pertumbuhan menarik dalam jangka menengah hingga panjang. Namun, langkah ini bukan tanpa risiko.
Jika kamu mempertimbangkan masuk sekarang, beberapa strategi yang bisa dipakai:
- Masuk secara bertahap (averaging) agar risiko volatilitas terbagi.
- Amati perkembangan laporan keuangan kuartalan dan realisasi ekspansi di bawah kontrol MCI.
- Lihat syarat dan harga penawaran tender wajib agar bisa kandidat bagi arbitrase jika harga tender lebih tinggi dari pasar.
- Gunakan horizon waktu minimal 2-3 tahun agar proyek diversifikasi dan integrasi dapat berjalan.
Di akhir, saham PIPA pasca akuisisi memberikan kombinasi antara potensi upside dan tantangan manajemen. Apabila MCI sukses mengeksekusi visi transformasi dan menjaga efisiensi operasional, saham ini bisa menjadi aset menarik bagi investor yang siap menahan fluktuasi jangka pendek.