Kebohongan AQUA: Ternyata Bukan dari Mata Air Pegunungan?Air Minum AQUA dengan Klaim Sumber Air Berasal dari Mata Air Pegunungan

Tribun Tren – AQUA, salah satu produsen air minum dalam kemasan (AMDK) ternama di Indonesia, kini berada di tengah sorotan publik. Gerakan Mahasiswa dan Pemuda Republik Indonesia (GMPRI) Cabang Bogor menuding perusahaan ini, bersama beberapa produsen lainnya, telah melakukan pembohongan publik terkait klaim sumber air yang digunakan dalam produk mereka.

Sidak Gubernur ke Pabrik AQUA Ungkap Fakta Mengejutkan

Isu ini mencuat ke publik setelah Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke pabrik Aqua di Subang. Dalam video sidaknya yang viral di media sosial, Dedi tampak terkejut ketika mengetahui bahwa air yang digunakan bukan berasal dari mata air, melainkan dari akuifer dalam yang disedot melalui sumur bor sedalam 60 hingga 132 meter.

Dikira dari mata air, ternyata dari sumur pompa dalam. Jadi air yang katanya dari gunung, sebenarnya dari tanah ya?

Temuan itu memicu reaksi keras dari berbagai pihak, termasuk GMPRI yang menilai klaim “air pegunungan” merupakan bentuk manipulasi informasi.

Kebohongan AQUA: Ternyata Bukan dari Mata Air Pegunungan?
Slogan AQUA

GMPRI: Bukan Sekadar Salah Label, Tapi Pembohongan Publik

Ketua GMPRI Bogor, Yogi Ariananda, menyatakan bahwa praktik serupa juga ditemukan di pabrik AMDK lain di wilayah Bogor, seperti di Desa Tlajung Udik, Kecamatan Gunung Putri. Ia menegaskan bahwa mereka memiliki data dan temuan lapangan yang menunjukkan penggunaan air tanah dalam untuk produksi air kemasan.

“Kalau ini bukan manipulasi, lalu apa? Mereka menjual air tanah dalam kemasan dengan label ‘air pegunungan’. Ini jelas bentuk kebohongan publik yang menyesatkan jutaan konsumen,” tegas Yogi dalam pernyataannya kepada media.

Tudingan Eksploitasi Lingkungan dan Dugaan Pelanggaran Izin

Lebih jauh, GMPRI menyoroti dampak lingkungan dari praktik pengeboran air tanah dalam skala besar. Mereka menilai hal ini berpotensi menguras cadangan air tanah masyarakat sekitar. Selain itu, mereka curiga bahwa beberapa pengeboran dilakukan tanpa izin yang sah atau tanpa kajian dampak lingkungan memadai.

“Kami mendesak Pemerintah Kabupaten Bogor, Dinas Lingkungan Hidup, dan Kementerian ESDM untuk membuka seluruh dokumen perizinan sumur bor industri AMDK ke publik. Jangan-jangan ada pembiaran atau permainan di balik izin pengeboran ini,” sindir Yogi.

Kebohongan AQUA: Ternyata Bukan dari Mata Air Pegunungan?
Logo AQUA

Muatan Truk Aqua Juga Disorot

Tak hanya soal air, Gubernur Dedi juga menyoroti muatan berlebih truk pengangkut galon Aqua yang diduga melebihi kapasitas jalan. Ia mencatat adanya truk bermuatan hingga 13 ton, padahal kapasitas jalan hanya mendukung beban 5 ton.

Kalau jalan-jalan di Subang rusak, mungkin ini salah satunya penyebabnya. Perusahaan besar harus bertanggung jawab

Tuntutan GMPRI: Audit Total dan Pengawasan Klaim Produk AQUA

Merespons temuan ini, GMPRI menuntut dilakukannya audit menyeluruh terhadap seluruh pabrik AMDK di Jawa Barat, terutama terkait sumber air, izin pengeboran, dan dampak lingkungannya. Mereka juga mendesak BPOM dan Kementerian Perdagangan untuk turun tangan mengawasi klaim produk yang dianggap menyesatkan.

“Konsumen berhak tahu dari mana air minum mereka berasal. Jangan lagi rakyat disuguhi iklan gunung bersalju, sementara airnya disedot dari sumur di tengah kampung,” ujar Yogi dengan nada geram.

Danone Buka Suara: Sumber Air dari Akuifer Dalam

Menanggapi polemik yang muncul setelah konten sidak Dedi Mulyadi viral, Danone Indonesia akhirnya memberikan klarifikasi. Dalam pernyataan resminya, perusahaan menyebut bahwa air AQUA berasal dari 19 sumber air pegunungan yang telah melalui seleksi ketat, termasuk 9 kriteria ilmiah dan 5 tahap evaluasi selama minimal satu tahun penelitian.

Namun, mereka juga mengakui bahwa sumber tersebut bukan berasal dari air permukaan atau mata air terbuka, melainkan dari akuifer dalam dengan kedalaman antara 60 hingga 140 meter. Danone menjelaskan bahwa:

Air ini bukan dari permukaan atau air tanah dangkal. Akuifer terlindungi secara alami oleh lapisan kedap air, bebas dari kontaminasi, dan tidak mengganggu pasokan air masyarakat

Kebohongan AQUA: Ternyata Bukan dari Mata Air Pegunungan?
Sediaan Kemasan AQUA: Ukuran Galon (19 liter), Ukuran Botol (330 ml, 600 ml, dan 1,5 liter)

Studi Ilmiah Jadi Andalan, Publik Masih Ragu

Danone menambahkan bahwa pemilihan titik sumber air melibatkan tim ahli dari berbagai disiplin ilmu seperti geologi, hidrogeologi, mikrobiologi, dan geofisika. Bahkan, mereka mengklaim beberapa titik sumber bersifat self-flowing atau mengalir secara alami tanpa perlu dipompa.

Sebagai penguat klaim, Danone merujuk pada hasil studi hidrogeologi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Universitas Padjadjaran (Unpad) yang menyebutkan bahwa sumber air AQUA tidak bersinggungan dengan air masyarakat sekitar.

Namun demikian, publik tampaknya belum sepenuhnya puas. Video sidak Dedi Mulyadi yang menunjukkan fakta berbeda tetap menjadi sumber pertanyaan besar. Apakah label “air pegunungan” masih layak digunakan jika sumbernya adalah sumur bor?

Baca Juga: “Utang Whoosh 54 Triliun, Alasan Jonan Dipecat Bergaung Kembali”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: You can't continue this action because it is blocked by Cloudflare