Tribun Tren – Kabar duka sedang menyelimuti keluarga besar YouTuber dan influencer asal Surabaya, Jerome Polin Sijabat, dan kerabat terdekatnya. Sang ayah, Pendeta Marojahan Sintong Sijabat, berpulang ke hadirat Tuhan pada Kamis (30/10/2025) di National Hospital Surabaya setelah sempat dirawat intensif akibat komplikasi kesehatan.
Detik-Detik Terakhir Ayah Jerome Polin
Sebelum meninggal dunia, Pdt. Marojahan sempat mengalami penyumbatan pada usus dan pendarahan di paru-paru, yang menyebabkan kondisinya kritis. Rekan sepelayanan di GKI Darmo Satelit, Pdt. Andri Purnawan, turut mendampingi keluarga di saat-saat terakhir almarhum.
“Tadi pagi saya sempat mendampingi keluarga ketika beliau di ICU, ditopang alat bantu. Saya hanya bisa mendoakan karena sudah tak bisa berkomunikasi. Siang harinya, beliau dipanggil Tuhan,” tutur Andri.
Menurut Andri, almarhum masih terlihat sehat beberapa hari sebelumnya. Ia bahkan sempat memimpin doa di GKI Sulung Surabaya pada Minggu (26/10/2025) dan membina kegiatan rohani untuk siswa SMA Kristen Petra di Batu pada Selasa (28/10/2025). Namun, setelah kegiatan tersebut, kondisi fisiknya tiba-tiba menurun drastis hingga akhirnya dilarikan ke rumah sakit.

Ungkapan Duka dan Kesedihan Jerome Polin
Kabar kepergian sang ayah disampaikan langsung oleh Jerome Polin dan kakaknya, Jehian Sijabat, melalui unggahan media sosial. Dalam postingan yang penuh haru, Jerome Polin menulis pesan perpisahan yang menyentuh hati banyak pengikutnya.
Di tengah rasa sakitnya, kulihat Papa berdoa. Entah apa yang mereka bicarakan, hanya Papa dan Tuhan yang tahu. Sekarang, Papa dan Tuhan sudah berjumpa. Aku tahu, Papa sudah tidak sakit lagi.
Sebelum berpulang, Jerome sempat membagikan video saat dirinya melakukan panggilan video dengan sang ayah yang tengah kritis di ruang ICU. Dalam video itu, tampak Jerome tak kuasa menahan tangis, sementara sang ayah berbaring dengan alat bantu pernapasan.
Jerome yang saat itu sedang berada di luar kota segera membatalkan seluruh agenda kerja dan terbang ke Surabaya untuk menemui ayahnya. Ia menulis permohonan doa di Instagram, berharap sang ayah bisa melewati masa kritisnya.
“Teman-teman, Papaku hari ini drop dan dalam kondisi kritis. Mohon doanya supaya kuat dan bisa sembuh. Aku akan ke Surabaya hari ini,” tulisnya kala itu. Namun, takdir berkata lain. Sore harinya, sekitar pukul 18.00 WIB, Jehian mengabarkan bahwa sang ayah telah berpulang dengan tenang. “Sekarang Papa dan Tuhan sudah berjumpa. Papa sudah tidak sakit lagi,” tulisnya di media sosial.

Suasana Duka di Rumah Sakit
Tangis keluarga pecah saat kabar duka dikonfirmasi. Dalam unggahan Instagram milik kerabat, tampak keluarga besar memeluk jenazah Marojahan Sintong Sijabat di ruang perawatan. Suasana penuh haru itu juga diunggah ke akun media sosial @gkidarmosatelitsby, pihak gereja tempat almarhum melayani.
“Selamat jalan, Pdt. Marojahan S. Sijabat. Terima kasih atas pengabdian dan pelayanannya yang tulus,” tulis akun resmi GKI Darmo Satelit Surabaya. Jenazah almarhum rencananya akan disemayamkan di Rumah Duka Grand Heaven, Taman Sidoarjo, sebelum dimakamkan pada akhir pekan. Marojahan meninggal dunia di usia 58 tahun.
Sosok Marojahan Sintong Sijabat di Mata Jemaat dan Keluarga
Marojahan Sintong Sijabat dikenal luas sebagai pendeta, motivator, dan figur keluarga yang hangat. Ia menikah dengan Chrissie Rahmeinsa dan dikaruniai tiga putra: Jehian Panangian, Jerome Polin, dan Jesferrel Porman Sijabat.
Sebagai pendeta, almarhum aktif berkhotbah di berbagai gereja, tidak hanya di Surabaya tetapi juga di Jakarta dan Kalimantan. Ia juga dikenal sebagai pembicara dalam seminar rohani, khususnya bagi kaum muda, membahas topik seputar iman, keluarga, dan relasi antarpribadi.
Di luar pelayanan gereja, Marojahan juga aktif di dunia digital. Ia memiliki kanal YouTube pribadi yang berisi khotbah, refleksi iman, dan doa-doa harian. Banyak jemaat menilai bahwa almarhum memiliki gaya berbicara yang hangat, penuh kasih, dan mudah dipahami.
Keluarga yang Dikenal Harmonis
Kehidupan keluarga Sijabat sering menjadi inspirasi bagi banyak orang. Melalui berbagai unggahan di media sosial, Jerome kerap menampilkan potret kebersamaan keluarga yang kompak dan penuh kehangatan.
Jerome bahkan pernah menyebut ayahnya sebagai “sumber semangat dan kebijaksanaan keluarga.” Meski sibuk sebagai pendeta, Marojahan selalu meluangkan waktu untuk keluarganya, memberi teladan tentang kasih dan kedisiplinan.
Banyak warganet turut menyampaikan belasungkawa di kolom komentar Jerome dan Jehian, mengenang sosok almarhum sebagai ayah teladan yang rendah hati dan penuh kasih.

Warisan Kehidupan dan Teladan
Kematian Pdt. Marojahan Sintong Sijabat menjadi kehilangan besar, tidak hanya bagi keluarga, tetapi juga bagi komunitas rohani yang pernah disentuhnya. Dalam setiap pelayanannya, ia selalu menekankan pentingnya iman yang hidup dan kasih yang nyata.
Kini, semangat dan ajaran yang ia wariskan tetap hidup melalui anak-anaknya. Jerome dan Jehian, yang dikenal luas sebagai figur publik, kerap mengingatkan penggemar mereka tentang pentingnya keluarga, iman, dan rasa syukur, nilai-nilai yang mereka pelajari langsung dari sang ayah.
Papa mungkin sudah pergi, tapi kasih dan teladannya akan selalu hidup dalam setiap langkah kami.
Pdt. Marojahan Sintong Sijabat (1967-2025) akan selalu dikenang sebagai sosok ayah penyayang, pendeta berdedikasi, dan manusia yang melayani dengan hati. Kepergiannya meninggalkan duka mendalam, namun juga jejak kebaikan yang tak akan pernah hilang.

