Tribun Tren – Saham emiten milik pengusaha asal Kalimantan Selatan, Haji Isam, yakni PT Jhonlin Agro Raya Tbk (JARR), kembali menjadi sorotan. Pada sesi I perdagangan Kamis (23/10/2025), harga saham JARR melesat 23,33% ke level Rp 4.810. Volume perdagangan mencapai 103,67 juta saham dengan frekuensi transaksi sebanyak 43.366 kali, menghasilkan nilai transaksi sekitar Rp 486,18 miliar.
Lonjakan ini melanjutkan reli positif dari Rabu (22/10/2025), ketika saham JARR menutup hari dengan kenaikan 25%, menembus batas auto reject atas (ARA). Pergerakan dua hari berturut-turut ini menandai kebangkitan saham JARR setelah sebelumnya tertekan dalam periode pelemahan yang tajam.

Saham Jarr: Dari Terpuruk ke Euforia Pasar
Sebelum mengalami lonjakan signifikan, saham JARR sempat jatuh ke posisi auto reject bawah (ARB) selama hampir sepekan, yakni dari 14 hingga 21 Oktober 2025. Dalam periode itu, harga saham anjlok hampir 62%. Namun, bila melihat kinerja sejak awal tahun, JARR sebenarnya masih mencatatkan kenaikan luar biasa lebih dari 2.000%, dari level awal tahun hingga mencapai Rp 8.175 pada 13 Oktober 2025.
Fluktuasi tajam ini menggambarkan bahwa saham JARR menjadi salah satu saham yang paling spekulatif di Bursa Efek Indonesia (BEI). Meski volatilitas tinggi, banyak investor ritel yang memanfaatkan momentum untuk masuk kembali, apalagi dengan sentimen positif yang mulai menguat seiring dengan kabar ekspansi perusahaan dalam sektor energi hijau.
Rekomendasi Analis: Saham Jarr Berpotensi Menguat
Dalam riset pagi BNI Sekuritas, Head of Retail Research Fanny Suherman menyebutkan bahwa JARR masuk dalam daftar saham “speculative buy” dengan target jangka pendek di Rp 4.280-Rp 5.000. Fakta bahwa harga saham telah menembus target pertama dalam waktu singkat menjadi sinyal bahwa permintaan terhadap saham ini masih tinggi.
Meski begitu, para analis mengingatkan bahwa investor perlu berhati-hati. Lonjakan cepat seperti ini berpotensi diikuti dengan aksi ambil untung. Ini terutama oleh investor jangka pendek yang sudah menikmati cuan besar sejak awal tahun. Namun, bagi investor jangka menengah, prospek fundamental JARR dinilai masih menjanjikan.

Peran Strategis Jhonlin Agro dalam Program B50
Salah satu katalis utama penguatan saham JARR adalah kabar bahwa perusahaan ini siap mendukung program Biodiesel B50 yang akan dijalankan pemerintah mulai semester II tahun 2026. Dalam program ini, Indonesia berencana meningkatkan campuran biodiesel dari 35% (B35) menjadi 50% (B50) guna mengurangi impor solar dan memperkuat ketahanan energi nasional.
Analis energi Sonny E. Kustiawan menilai keterlibatan Jhonlin Agro merupakan langkah strategis yang mampu menopang permintaan CPO (Crude Palm Oil) ke depan.
“Pemerintah menargetkan untuk menghentikan impor solar pada 2026 melalui penerapan B50. Ini berarti kebutuhan CPO sebagai bahan baku biodiesel (FAME) akan melonjak tajam,” ujarnya di Jakarta.
Saat ini, konsumsi solar nasional mencapai sekitar 14 juta kiloliter, di mana 4,5 juta kiloliter masih berasal dari impor. Dengan penerapan B50, Indonesia berpotensi menghemat devisa hingga US$ 10,84 miliar per tahun sekaligus meningkatkan kesejahteraan petani sawit.
Transformasi Bisnis: Dari Sawit ke Energi Terbarukan
Keterlibatan Jhonlin Agro dalam program B50 menandakan adanya perubahan arah bisnis perusahaan. Kini, JARR tidak lagi hanya berfokus pada produksi CPO, tetapi juga berperan penting dalam rantai pasok energi nasional. Langkah ini juga sejalan dengan arah kebijakan pemerintah yang mendorong kemandirian energi berbasis sumber daya domestik.
Perusahaan yang sebelumnya dikenal menggarap lahan pertanian di Papua ini kini memperluas portofolio bisnisnya ke sektor energi terbarukan. JARR memiliki kemampuan produksi CPO yang besar serta jaringan logistik yang luas di wilayah Kalimantan. Hal ini membuat perusahaan berada pada posisi strategis dalam mendukung pasokan bahan baku biodiesel di Indonesia bagian timur.
Tantangan: Stabilitas Pasokan dan Harga CPO
Meskipun prospeknya menjanjikan, tantangan bagi JARR tidak bisa dianggap ringan. Salah satunya adalah stabilitas pasokan CPO di tengah fluktuasi harga global. Pasar minyak nabati dunia kerap dipengaruhi oleh berbagai faktor eksternal. Beberapa di antaranya adalah cuaca ekstrem, kebijakan ekspor Malaysia, serta perubahan tren permintaan dari India dan Tiongkok.
Selain itu, untuk menjaga keberlanjutan pasokan, perusahaan perlu memperkuat sinergi dengan petani plasma dan memperluas area perkebunan produktif. Dalam jangka panjang, kemampuan JARR menjaga efisiensi produksi sambil memperhatikan aspek ESG (Environmental, Social, and Governance) akan menjadi faktor penting bagi investor institusional.

Prospek Saham Jarr ke Depan: Momentum Masih Terbuka
Melihat tren perdagangan terkini, saham JARR berpotensi melanjutkan momentum penguatannya selama sentimen terhadap sektor energi hijau dan biodiesel masih positif. Namun, investor disarankan untuk memperhatikan level resistance di Rp 5.000-5.200 sebagai area psikologis yang bisa memicu aksi profit taking.
Secara teknikal, jika saham mampu bertahan di atas Rp 4.500, maka peluang menuju level Rp 5.500 terbuka lebar. Sebaliknya, penurunan di bawah Rp 4.000 dapat menandakan koreksi sehat jangka pendek sebelum melanjutkan tren naik.
Saham Jhonlin Agro Raya (JARR) saat ini tengah menjadi pusat perhatian di bursa berkat lonjakan harga yang luar biasa dan prospek bisnis yang sejalan dengan kebijakan energi hijau nasional. Dukungan terhadap program B50, ekspansi bisnis ke energi terbarukan, serta potensi penghematan devisa bagi negara menjadikan JARR salah satu emiten sawit yang patut dipantau.
Namun, dengan volatilitas yang tinggi, investor tetap perlu berhati-hati dan bijak dalam menentukan strategi masuk maupun keluar dari saham yang sedang panas ini.

