Tribun Tren – Greta Thunberg adalah aktivis lingkungan yang berasal dari Swedia dan dikenal lewat gerakan perubahan iklim globalnya. Ia berada di antara para aktivis dalam armada Global Sumud Flotilla (GSF) yang membawa bantuan kemanusiaan menuju Gaza. Armada tersebut dilaporkan dicegat oleh Angkatan Laut Israel, yang menghentikan sejumlah kapal sebelum mencapai tujuan mereka.
Menurut Kementerian Luar Negeri Israel, kapal-kapal tersebut “dihentikan tanpa insiden besar,” dan para penumpangnya, termasuk Thunberg, dibawa ke pelabuhan di Israel untuk proses deportasi. Israel beralasan bahwa kapal-kapal flotilla telah “mendekati zona pertempuran aktif” di sekitar Gaza, dan oleh karena itu diminta mengubah haluan. Namun, pihak GSF menilai tindakan Israel sebagai pelanggaran hukum internasional, menyebutnya bukan langkah pertahanan, melainkan “aksi putus asa untuk menjaga blokade Gaza tetap utuh.”
GSF mengklaim bahwa salah satu kapal mereka sengaja ditabrak, sementara kapal lain diserang dengan meriam air. Mereka juga menuduh militer Israel memutus sistem komunikasi kapal untuk menghentikan siaran langsung saat pencegatan terjadi di perairan sekitar 70 mil laut dari Gaza.

Respons Internasional dan Protes Dunia
Pencegatan flotilla yang membawa bantuan ke Gaza memicu gelombang protes di berbagai negara. Aksi solidaritas muncul di Yunani, Italia, Jerman, Tunisia, dan Turki. Beberapa serikat buruh di Italia bahkan menyerukan mogok nasional sebagai bentuk dukungan bagi misi kemanusiaan tersebut. Kecaman juga datang dari berbagai pemimpin dunia. Presiden Kolombia Gustavo Petro menilai tindakan Israel sebagai “kejahatan internasional” dan mengumumkan pengusiran seluruh diplomat Israel dari negaranya. Ia juga membatalkan perjanjian dagang bebas yang telah berlaku sejak 2020.
Sementara itu, Pemerintah Turki menyebut pencegatan tersebut sebagai “aksi terorisme” dan menuntut pelaku serangan diadili. Dari Eropa, Wakil Perdana Menteri Irlandia Simon Harris menyatakan keprihatinan mendalam dan menegaskan pentingnya penghormatan terhadap hukum internasional. Setidaknya tujuh warga Irlandia termasuk di antara aktivis yang ditahan, salah satunya senator Chris Andrews dari Sinn Féin.
PBB pun turut menanggapi. Komisaris Tinggi PBB untuk HAM, Volker Türk, mendesak Israel segera mencabut blokade Gaza dan mengizinkan masuknya bantuan tanpa hambatan. Ia menegaskan bahwa hambatan sistematis terhadap bantuan kemanusiaan telah memperburuk krisis kelaparan di wilayah tersebut.

Reaksi Israel dan Upaya Pembenaran
Pemerintah Israel bersikeras bahwa blokade laut di sekitar Gaza adalah tindakan legal untuk mencegah bantuan jatuh ke tangan Hamas. Mereka mengklaim hanya mendukung distribusi bantuan melalui mekanisme resmi seperti Gaza Humanitarian Foundation (GHF), meskipun lembaga ini ditolak oleh PBB karena dinilai tidak transparan.
Dalam pernyataannya, Kementerian Luar Negeri Israel menyebut bahwa para aktivis, termasuk aktivis Greta, berada dalam kondisi aman dan sehat. Israel juga merilis rekaman yang memperlihatkan Greta duduk di dek kapal, menerima air dan jaket dari seorang tentara.
Namun, banyak pihak menilai sikap Israel sebagai bentuk pembenaran sepihak. Laporan lembaga kemanusiaan yang didukung PBB bulan lalu menyatakan bahwa Gaza kini mengalami bencana kelaparan akibat blokade berkepanjangan. Pernyataan ini dibantah langsung oleh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, yang menyebut laporan tersebut “kebohongan terang-terangan.”
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Italia Antonio Tajani mengaku telah berbicara dengan pejabat Israel untuk memastikan tidak ada kekerasan terhadap para aktivis. Ia menegaskan bahwa operasi pemeriksaan flotilla “harus dilakukan sesuai standar keamanan tertinggi.”
Profil Greta Thunberg: Dari Mogok Sekolah hingga Aktivis Global
Greta Tintin Eleonora Ernman Thunberg, lahir 3 Januari 2003 di Stockholm, Swedia, adalah seorang aktivis lingkungan dunia yang dikenal karena dedikasinya dalam memerangi krisis iklim. Ia mulai dikenal sejak tahun 2018 ketika memprakarsai gerakan Fridays for Future, mogok sekolah untuk menuntut aksi nyata terhadap perubahan iklim.
Greta lahir dari keluarga seniman: ibunya seorang penyanyi opera, sementara ayahnya aktor. Didiagnosis mengidap sindrom Asperger, Greta menganggap perbedaan itu sebagai kekuatan yang membantunya tetap fokus pada misi lingkungan. Ia mulai menyadari ancaman perubahan iklim sejak usia delapan tahun dan bertekad untuk hidup ramah lingkungan, berhenti naik pesawat dan menjadi vegan. Protes kecilnya di luar parlemen Swedia akhirnya menjadi gerakan global yang melibatkan jutaan pelajar di seluruh dunia.

Greta telah berbicara di forum-forum penting seperti PBB, Parlemen Eropa, dan Forum Ekonomi Dunia di Davos. Pidatonya di New York pada 2019 menjadi ikonik ketika ia berkata, “Kalian telah mencuri mimpi dan masa kecil saya dengan kata-kata kosong.” Gerakan ini dikenal sebagai “Efek Greta,” yang mendorong kesadaran publik terhadap perubahan iklim dan tanggung jawab global terhadap lingkungan.
Simbol Perlawanan Greta Thunberg dan Harapan Baru
Keterlibatan Greta dalam flotilla menuju Gaza menunjukkan bahwa aktivismenya telah melampaui isu lingkungan. Ia kini menjadi simbol solidaritas kemanusiaan, berjuang tidak hanya untuk planet, tetapi juga untuk manusia yang tertindas. Dalam wawancara sebelumnya, Greta menegaskan bahwa aksinya bukan untuk pencitraan, melainkan bentuk nyata kepedulian terhadap kemanusiaan. “Tidak ada yang rela mempertaruhkan nyawa demi aksi publisitas,” ujarnya kepada media Eropa pekan lalu.
Kini, meski ditahan dan dideportasi, Greta tetap menjadi inspirasi global. Ia telah membuktikan bahwa suara muda bisa mengguncang sistem yang mapan. Bagi banyak orang, Greta Thunberg bukan sekadar aktivis iklim, ia adalah simbol keteguhan hati dan keberanian untuk melawan ketidakadilan, di mana pun itu terjadi.